Mata uang Euro berada di bawah tekanan penjualan berat minggu ini, dengan mata uang tunggal ini yang jatuh ke posisi trading rendah terbaru tahun 2019 terhadap Dolar USA begitu greenback menguat secara luas dan data perekonomian Uni Eropa yang terus memburuk. Data Produksi Industri bulanan Zona Eropa yang lebih rendah daripada harapan dan angka Produk Domestik Bruto kuartalan milik Jerman yang lebih lunak telah mendorong pasangan EURUSD lebih dekat ke level 1.1200. Euro juga berada di bawah tekanan yang semakin kuat dari greenback karena Dolar USA unggul di atas semua mata uang besar minggu ini. Euro juga terluka akibat ketakutan para investor terkait kepergian mereka yang akan datang dari Uni Eropa dan dampak yang dibuatnya pada perekonomian Zona Eropa yang telah melemah. Pasangan EURUSD bearish kuat ketika diperdagangkan di bawah level 1.1260, kunci dukungan berada pada level 1.1200 dan 1.1180. Jika pasangan EURUSD diperdagangkan di atas level 1.1260, peningkatan lebih jauh ke level 1.1360 dan 1.1410 akan tetap mungkin terjadi.
RBNZ Kurang Lunak
Dolar Selandia Baru bergerak lebih tinggi minggu ini setelah Gubernur RBNX Adrian Orr menyuarakan nada lebih lunak dibandingkan apa yang kebanyakan diharapkan oleh para pelaku pasar. Reserve Bank of New Zealand mempertahankan suku bunga 1,75 persen seperti yang diharapkan, tetapi terdengar lebih bullis terhadap perekonomian Selandia Baru dibandingkan harapan sebelumnya. Reserve Bank mengatakan bahwa mereka tidak berencana untuk memotong suku bunga dalam waktu dekat dan mengharapkan peningkatan nilai selama tahun 2020. Pasangan NZDUSD berpacu ke posisi lebih tinggi dalam pernyataan yang lebih lunak, dengan Dolar Selandia Baru melambung ke level 0.6800. Pasangan NZDUSD bullish ketika diperdagangkan di atas level 0.6740, kunci ketahanan berada pada level 0.6900 dan 0.7040. Jika pasangan NZDUSD diperdagangkan di bawah level 0.6740, para penjual kemungkinan akan menjajal tingkat ketahanan 0.6680 dan 0.6580.
Data Inggris Mengecewakan
Pound Sterling Inggris tetap tertekan terhadap greenback pada minggu ini setelah Inggris melaporkan Data Inflasi CPI dan PDB yang lebih rendah daripada harapan. PDB bulanan Inggris dikontrak -0.4 persen dari bulan ke bulan, sementara PDB Inggris kuartal keempat meluas hanya sebesar 0,2 persen, meleset 0,6 persen dari prakiraan mayoritas ahli ekonomi. CPI Inggris juga jatuh -0,8 persen selama bulan pertama tahun 2019 begitu ketidakpastian akan Brexit terus mencederai harga konsumen selama kejatuhan harga minyak baru-baru ini. Pasangan GBPUSD jatuh ke bawah level 1.2800 dan diperlemah lebih jauh oleh nada bid dalam Dolar USA. Pasangan GBPUSD hanya bullish ketika diperdagangkan di atas level 1.2930, kunci ketahanan berada pada level 1.3095 dan 1.3205. Jika pasangan GBPUSD diperdagangkan di bawah level 1.2930, para penjual kemungkinan akan menjajal level 1.2740 dan 1.2660.
Minyak Melambung
Harga minyak mentah memperoleh dorongan kuat pada minggu ini akibat Arab Saudi yang memangkas tingkat produksi minyak mereka lebih daripada apa yang diperkirakan sebelumnya oleh para analis, sementara optimisme yang bertumbuh di sekitar negosiasi perdagangan Sino-USD juga membantu dalam mendorong harga minyak. Kerajaan Arab Saudi memotong produksi mereka lebih dari 500.000 barel, lebih dari yang diharapkan, mengirimkan harga minyak mentah jenis Brent Crude dan WTI meningkat tajam dalam seminggu. Arab Saudi merupakan produsen minyak terbesar. Dengan memangkas produksi minyak, diharapkan tindakan ini akan membantu mendorong harga minyak lebih tinggi terkait cengkeraman kuat yang diperoleh negara ini dalam pasar minyak mentah internasional. Diharapkan pula negosiasi perdagangan Sino-USA akan diperpanjang hingga 1 Maret melampaui tenggat waktu gencatan senjata yang kemungkinan akan membantu dalam menyokong harga komoditas minggu ini. Minyak WTI hanya bullish ketika diperdagangkan di atas level $55.00, kunci ketahanan ditemukan pada level $57.50 dan $60.00. Jika minyak WTI menurun ke bawah level $53.50, para penjual kemungkinan akan menjajal tingkat dukungan $52.00 dan $50.00.